Jumat, 11 September 2009

Pengenalan Filsafat Ilmu


FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA



Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.


Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.





DAFTAR ISI BUKU



PRAKATA v

KATA PENGANTAR ix


Bagian Pertama:

PENGENALAN FILSAFAT ILMU


BAB I PENGANTAR FILSAFAT 3

A. Pengertian Filsafat 3

B. Objek Filsafat 7

C. Metode Filsafat 9

D. Ciri-ciri Filsafat 14

E. Asal dan Peranan Filsafat 16

F. Kegunaan Filsafat 18

G. Pembagian (Cabang-cabang Filsafat) 20


BAB II FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI) 24

A. Pengertian Epistemologi 24

B. Arti Pengetahuan 26

C. Terjadinya Pengetahuan 28

D. Jenis-Jenis Pengetahuan 30

E. Asal Usul Pengetahuan 33


BAB III RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU 45

A. Pengertian Filsafat Ilmu 45

B. Objek Filsafat Ilmu 47

C. Lingkungan Filsafat Ilmu 49

D. Problema Filsafat Ilmu 50

E. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu 51


Bagian Kedua:

MASALAH ILMU PENGETAHUAN


BAB IV APA ITU ILMU PENGETAHUAN 55

A. Definisi Ilmu Pengetahuan 55

B. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan 58

C. Keseragaman Dalam Pengelompokan Ilmu Pengetahuan 60

D. Susunan Ilmu Pengetahuan 71

E. Ilmu dan Teknologi 75

F. Wujud Ilmu 77


BAB V SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN 79

A. Pengantar 79

B. Zaman Pra Yunani Kuno 80

C. Zaman Yunani Kuno 82

D. Zaman Abad Pertengahan 85

E. Zaman Renaissance 86

F. Zaman Modern 87

G. Zaman Kontemporer 89


BAB VI PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI 90

A. Pengantar 90

B. Pengertian Metodologi 90

C. Unsur-Unsur Metodologi 91

D. Beberapa Pandangan tentang Prinsip Metodologi 93



BAB VII PENEMUAN KEBENARAN 100

A. Cara Penemuan Kebenaran 100

B. Definisi Kebenaran 101

C. Jenis-Jenis Kebenaran 102

D. Sifat Kebenaran 103

E. Teori Kebenaran dan Khilaf 104


BAB VIII DEFINISI DAN PENALARAN 108

A. Definisi 108

B. Penalaran 111

C. Silogisme Kategoris 122

D. Proposisi Majemuk 125

E. Silogosme Majemuk dan Dilema 129

F. Sesat Pikir 130


Bagian Ketiga:

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


BAB IX HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL 137

A. Ilmu dan Masyarakat 137

B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan 137

C. Pengaruh Timbal-Balik antara Ilmu dan Kebudayaan 140

D. Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional 140

E. Strategi Kebudayaan 143


BAB X ETIKA KEILMUWAN 146

A. Pengantar 146

B. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan 146

C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan 148

D. Ilmu: Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai 149

E. Pendekatan Ontologis 151

F. Pendekatan Epistimologi 151

G. Pendekatan Aksiologi 152

H. Sikap Ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan 152


BAB XI STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA 156

A. Pengantar 156

B. Pengertian Paradigma 157

C. Landasan Ontologis, Epistemologis, Axiologis, dan Antropologis

Pancasila 158

D. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi 161

E. Visi Ilmu Indonesia 163


DAFTAR PUSTAKA 165

DAFTAR ISI RESUME



HALAMAN JUDUL i

PRAKATA 1

DAFTAR ISI BUKU 2

DAFTAR ISI RESUME 6


Bagian Pertama:

PENGENALAN FILSAFAT ILMU


BAB I PENGANTAR FILSAFAT 10

A. Pengertian Filsafat 10

B. Objek Filsafat 10

C. Metode Filsafat 11

D. Ciri-ciri Filsafat 12

E. Asal dan Peranan Filsafat 12

F. Kegunaan Filsafat 13

G. Pembagian (Cabang-cabang Filsafat) 14


BAB II FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI) 15

A. Pengertian Epistemologi 15

B. Arti Pengetahuan 15

C. Terjadinya Pengetahuan 15

D. Jenis-Jenis Pengetahuan 16

E. Asal Usul Pengetahuan 16


BAB III RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU 18

A. Pengertian Filsafat Ilmu 18

B. Objek Filsafat Ilmu 18

C. Lingkungan Filsafat Ilmu 18

D. Problema Filsafat Ilmu 19

E. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu 19



Bagian Kedua:

MASALAH ILMU PENGETAHUAN


BAB IV APA ITU ILMU PENGETAHUAN 20

A. Definisi Ilmu Pengetahuan 20

B. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan 20

C. Keseragaman Dalam Pengelompokan Ilmu Pengetahuan 20

D. Susunan Ilmu Pengetahuan 21

E. Ilmu dan Teknologi 22

F. Wujud Ilmu 22


BAB V SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN 23

A. Pengantar 23

B. Zaman Pra Yunani Kuno 23

C. Zaman Yunani Kuno 23

D. Zaman Abad Pertengahan 24

E. Zaman Renaissance 24

F. Zaman Modern 25

G. Zaman Kontemporer 25


BAB VI PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI 26

A. Pengantar 26

B. Pengertian Metodologi 26

C. Unsur-Unsur Metodologi 26


BAB VII PENEMUAN KEBENARAN 27

A. Cara Penemuan Kebenaran 27

B. Definisi Kebenaran 27

C. Jenis-Jenis Kebenaran 28

D. Sifat Kebenaran 28

E. Teori Kebenaran dan Khilaf 28


BAB VIII DEFINISI DAN PENALARAN 30

A. Definisi 30

B. Penalaran 30

C. Silogisme Kategoris 31

D. Proposisi Majemuk 31

E. Silogosme Majemuk dan Dilema 31

F. Sesat Pikir 31
































Bagian Ketiga:

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


BAB IX HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL 32

A. Ilmu dan Masyarakat 32

B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan 32

C. Pengaruh Timbal-Balik antara Ilmu dan Kebudayaan 32

D. Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional 32

E. Strategi Kebudayaan 32


BAB X ETIKA KEILMUWAN 33

A. Pengantar 33

B. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan 33

C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan 33

D. Ilmu: Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai 33

E. Pendekatan Ontologis 33

F. Pendekatan Epistimologi 34

G. Pendekatan Aksiologi 34

H. Sikap Ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan 34


BAB XI STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA 35

A. Pengantar 35

B. Pengertian Paradigma 35

C. Landasan Ontologis, Epistemologis, Axiologis, dan Antropologis

Pancasila 35

D. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi 35

E. Visi Ilmu Indonesia 35


DAFTAR PUSTAKA 36




Oleh : Drs. Surajiyo

BAB I

Pengantar Ilmu Filsafat


A. Pengertian Filsafat

Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosiphy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan.


B. Objek Filsafat

1. Objek Material filsafat

Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di oandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.

Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.

b. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

2. Objek Formal filsafat

Yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.

Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.


C. Metode Filsafat

Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli dan filsuf sendiri karena metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode filsafat yang khas adlah sebagai berikut:

1. Metode Kritis : Socrates dan plato

Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di kemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yangmenjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di temukan hakikat.

2. Metode Intuitif : Plotinus dan bergson

Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

3. Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.

Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.

4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.

6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:

a. reduksi fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita agar mendapat fenomena semurni-murninya.

b. Reduksi eidetis.

c. Reduksi transendental

8. Metode Dialektis : Hegel dan Mark

Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).

9. Metode Non-positivistis

Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein

Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.


D. Ciri-ciri Filsafat

Menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat ciri filsafat adalah menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Sedangkan Sunoto menyebutkan ciri-cirinya adalah deskriptip, kritik atau analitik, evaluatif atau normativ, spekulatif dan sistematik.


E. Asal dan Peranan filsafat

1. Asal filsafat

Ada tiga peranan yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:

a. Keheranan

b. Kesangsian

c. Kesadaran akan keterbatasan

2. Peranan filsafat

- Pendobrak

Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Keadaan tersebut berlangsung cukup lama dan kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh digugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.

- Pembebas

Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikiryang mistis dan mitis.

- Pembimbing

Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistik mitis denganmembimbing manusiauntuk berpikir secara rasional. Membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membbimbing untuk berpikir lebih luas dan mendalam.


F. Kegunaan filsafat

Pada umumnya dapat dikatakan bahawa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur yakni secara sistematis dan historis.


G. Pembagian ( cabang-cabang) filsafat

Pembagian secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodelogi, epistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika metafisika, teologi (filsafat ketuhanan), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, hukum, komunikasi dan lain-lain.

Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern, bagian ini meliputi sejarah filsafat yunani (barat), india, cina dan sejarah filsafat islam.

Berikut ini pengertian ari cabang-cabang filsafat yang utama:

- Logika, adala cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya pemikran kita. Lapamngan dalam logika adlah asa-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menaarik kesimpulan dengan tepat.

- Epistemologi, adlah bagian filasfat yang membicarakan tentang terjadinya pengetauan, sumber pengetahuan, asla mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.

- Etika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.

- Estetika, adlah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan

- Metafisika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Persoalan metafisis di bedakan menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.





BAB II

FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)


A. Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata Yunani, eoisteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar.


B. Arti pengetahuan

Pengetahuan adlah suatu istilah yang di pergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.suatu hal yang menjadi penggetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu.oleh karna itu penggetahuan selalu menuutut adanya subjek yang mempunyai kesdaran untuk mengetahui tentang sesuatu objek dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya.jadi bisa dikatakan penggetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,atau asil usaha manusia untuk memahami suatu objek.


C. Terjadinya suatu pengetahuan

Alat untuk mengetahui terjadinya penggetahuan menurut jhon horpers ada enam yaitu

1. Pengalaman indera

2. Nalar

3. Otoritas

4. Intuisi

5. Wahyu

6. Keyakinan



D. Jenis-jenis penggetahuan

Penggetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas : 1. Penggetahuan non-ilmiah.

2. Penggetahuan ilmiah


Sedangkan menurut plato dan aristoteles.plato membagi penggetahuan menurut tingkatan-tingkatan penggetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya.pembagiannya adalah sebagai berikut :

1. Penggetahuan eikasia (khayalan)

2. Penggetahuan fistis

3. Penggetahuan dianoya(metematik)

4. Penggetahuan neosis(filsafat)


Aristoteles mempunyai pendapat yang berbeda, menurut aristoteles penggetahuan harus merupakan kenyataan yang dpat dihindari dan kenyataan adalah sesuatu yang merangsang budi kita kemudian mengolahnya.penggetahuan yang umumnya merupakan kumpulan yang dinamakan rational knowledge dipisahkan dalam 3 jenis kumpulan yaitu

(1) Penggetahuan produksi (seni)

(2) Penggetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)

(3) Penggetahuan teoretis (fisika, matematika ,dan metafisika)


E. Asal usul penggetahuan

1. Aliran-aliran dalam penggetahuan

a. Rasoinalisme

Aliran ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal)

b. Empirisme

Aliran ini berpendapat, bahwa empiris atau pengalamlah yang menjadi sumber penggetahuan baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah.

c. Kritisme

Penyelesaian pertentangan antara rasionalisme danempirisme hnedak diselesaikan oleh umanuel kant dengan kritismenya.

d. Positivisme

Positivisme berpangkal dari apa yang telah di ketahui, yanng faktual dan yang positif.

2.Metode ilmiah

Menurut soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,yaitu sebagai berikut

a. Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua,yaitu metode analitiko-sintesis dan metode nono deduksi

b. Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan dibagi menjadi dua,yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertikal yang berbentuk garis lempang atau metode linier.

3.Sarana berpikir ilmiah

Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yakni;

a. Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau pendapat-pendapat.

b. Bahasa logika dan matematika, merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika maupun matematika lebihh mementingkan bentuk logis pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas.

c. Logika dan statistika, mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk konsep yang berlaku umum.



















BAB III

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU


A. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), metascience (Adi-Ilmu), dan science of science (ilmu tentang ilmu).


B. Objek filsafat ilmu

1. Objek Material Filsafat Ilmu

Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu

Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.


C. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut Para Filsuf

Peter Angeles;

1. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.

2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.

3. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.

4. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas.


D. Problema filsafat ilmu

B.Van Fraassen dan H.Margenau;

1. Metodelogi; sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran.

2. Landasan Ilmu-ilmu

3. Ontologi


E. Manfaat belajar filsafat ilmu

1. Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.

2. Merupakan usaha merepleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.

3. Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.



























BAB IV

APA ITU ILMU PENGETAHUAN


A. Defenisi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk segenap pengetahuan sistematik. Adapun menurut Bahm defenisi ilmmu pengetahuan paling tidak melibatkan enam macam komponen yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh.


B. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan

1. Empiris

2. Sistematis

3. Objektif

4. Analitis

5. Verifikatif


C. Keragaman Dan Pengelompokan Ilmu Pengetahuan

Berikut ini merupakan penggolongan ilmu-ilmu, yaitu:

- Ilmu formal dan ilmu non formal (non empiris)

Dua contoh ilmu formal atau non empiris yaitu matematika dan filsafat.

- Ilmu murni dan ilmu terapan

Ilmu terapan atau praktis ialah ilmu yang bertujuan untuk di aplikasikan atau di ambil manfaatnya. Contoh : ilmu kedokteran

- Ilmu nomotesis dan idiografis

Yang termasuk ilmu nomotesis adlah ilmu-ilmu alam yang objeknya adlah gejala pengalaman yang dapat di ulangi terus menerus dan hanya merupakan kasus-kasus yang mempunyai hubungan dengan suatu hukum alam. Sedangkan ilmu idiografis yakni ilmu-ilmu budaya yang objeknya bersifat individual yang terjadi sekali untuk di pahami dan di mengerti menurut keunikannya.

- Ilmu deduktif dan induktif

Deduktif adalah proses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan yang umum yang abstrak menyimpulkan hal yang bersifat khusus dan individual. Contoh : ilmu deduktif matematika sedangkan ilmu induktif adalah bertolak belakang dari ilmu deduktif yakni dari khusus menjadi umum dan abstrak.

- Naturwissenschaften dan geisteswissenschaften

- Ilmu-ilmu empiris secara lebih khusus


D. Susunan ilmu pengetahuan

1. langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan :

- perumusan masalah, dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan unuttuk mengetahu fakta-fakta apa saja yang di kumpulkan.

- Pengamatan dan pengumpulan data (observasi)

- Pengamatan dan klasifikasi data

- Perumusan pengetahuan (defenisi)

- Tahap ramalan (prediksi)

- Pengujian kebenaran hipotesis

2. limas ilmu

3. siklus empiris

a. Observasi

b. Induksi

c. Deduksi

d. Kajian (eksperimentasi)

e. Hasil-hasil kajian membawa kepada ahap evaluasi yang di susun secara deduksi dan induksi.

4. penjelasan dan ramalan

a. penjelasan logis

b. penjelasan probabilistik

c. penjelasan finalistik

d. penjelasan historis atau genetik

e. penjelasan fungsional

untuk ramalan


E. Ilmu Dan Teknologi

Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik diri manusia itu sendiri aupun realitas diluar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya sampai saat ini selalu mengalami ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia.


F. Wujud Ilmu

Pemahaman yang tertib tentang ilmu adalah pemapara menurut tiga ciri pokok sebagai rangkaian kegiatan manusia atau proses, sebagai tat tertib tindakan pikiran atau prosedur, dan sebagai keseluruhan hasil yang dicapai atau produk.


































BAB V

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


A. Pengantar

Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan.namun pada dasarnya filsafat baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat islam hanya ada 2 periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat islam.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu.


B. Zaman Pra Yunani Kuno(zaman batu)

Pada abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat dilahirkan.


C. Zaman yunani kuno

1. Zaman keemasan yunani

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.

2. Masa Helinistis Romawi

Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:

a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.

b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.

c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran

d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato.


D. Zaman Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:

1. periode patriktis; mengalami 2 tahap:

a. permulaan agama kristen

b. filsafat agustinus; yang terkenal pada masa patristik

2. periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:

a. periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat

b. periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi

c. periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme.


E. Zaman Renaissance

Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Illahi.




F. Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.


G. Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)

Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan teknologi canggih.





BAB VI

PRINSIP-PRINSIP METODOLOGI


A. Pengantar

Metodologi merupakan hal yang mengkaji perurutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami perinsip-perinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.


B. Pengertian Metodologi

Metodologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metode ialah cara bertindak menurut aturan tertentu.


C. Unsur-Unsur Metodelogi

Menurut anton Baker dan ahmad charris zubair adalah

1. Interpretasi (menafsirkan)

2. Induksi dan deduksi

3. Koherensi intern

4. Holistis

5. Kesinambungan historis

6. Idealisasi

7. Komperasi

8. Heuristika

9. Analogi

10. Deskripsi











BAB VII

PENEMUAN KEBENARAN


A. Cara Penemuan Kebenaran

Cara penemuan kebenaran berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan non ilmiah. Menurut hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut:

1. penemuan secara kebetulan, adalah penemuan yang berlangsung secara tanpa disengaja.

2. penemuan coba dan ralat ( trial dan error), terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.

3. penemuan melalui otoritas atau kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering di terima sebagai kebenaran meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada pembuktian ilmiah.

4. lpenemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan ralat memang ada.

5. penemuan kebenaran lewat cara berpikir, kritis dan rasional. Cara berpikir yang di tempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adlah dengan cara berpikir analitis dan sintetis.

6. penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah, cara mencari kebenaran yang di pandang ilmiah adlah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adlah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam teraf keilmuan.


B. Defenisi kebenaran

Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mengenai kebenaran, sebenarnya seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.




C. Jenis-jenis kebenaran

Telaah dalam filsafat ilmu membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis menurut A.M.W.Pranarka (1987) yaitu:

1. Kebenaran epistemologikal

2. Kebenaran ontologikal

3. Kebenaran semantikal


D. Sifat Kebenaran

Menurut Abbas hamami mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai suatu kata benda konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar.


E. Teori kebenaran dan kehilafan

1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (coherence theory of truth)

Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.

2. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth)

Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.

3. Teori Kebenaran Inherensi (inherent theory of truth)

Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.

4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (semantic theory of truth)

Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa.

5. Teori Kebenaran Sintaktis

Teori berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika.

6. Teori Kebenaran Nondeskripsi

Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu.

7. Teori Kebenaran Logik Yang Berlebihan (logical superfluity of truth)

Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahsa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.


BAB VIII

DEFINISI DAN PENALARAN



Dalam penalaran ada dua proposisi pokok yang dinalar, yakni proposisi kategoris dan proposisi majemuk.

A. Definisi

Definisi terdiri atas dua bagian, yakni bagian pangkal disebut defeniendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut disebut definiens yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal.

1. Macam-macam Definisi

a. Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain lebih umum dimengerti.

b. Definisi Realis

Ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh suatu term.

c. Definisi Praktis

Ialah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau dari segi penggunaan dan tujuan yang sederhana.

2. Syarat-Syarat Definisi

a. sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan.

b. sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan yang didefinisikan.

c. sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan.

d. sebuah definisi harus sedapat mungkin dinyatakan secara rumusan positif.

e. sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahsa kiasan.


B. Penalaran

1. Prinsip-prinsip Penalaran

- Prinsip Identitas

- Prinsip Kontradiksi

- Prinsip Eksklusif.

2. Penalaran Proposisi

Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi. Penalaran ada dua:

- Penalaran Langsung

- Penalaran tidak langsung

C. Silogisme Kategoris

Silogisme adalah proses menggabungkan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan.


D. Proposisi Majemuk

Proposisi majemuk adalah pernyataan yang terdiri atas dua bagian yang dapat dinilai benar atau salah.


E. Silogisme Majemuk dan Dilema

1. Silogisme disjungtif inklusif

2. Silogisme disjungtif ekskutif

3. Silogisme disjungtif alternatif

4. Silogisme hipotesis kondisional

5. Silogisme hipotesis bikondisional


F. Sesat Pikir

Sesat pikir dapat terjadi ketika menyimpulkan sesuatu lebih luas daripada dasarnya (latinus hos).


















BAB IX

HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL


A. Ilmu Masyarakat

Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang memerlukan ilmu.


B. Pengertian dan Unsur-Unsur Kebudayaan

Ki Hajar Dewantara; kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.


C. Pengaruh Timbal Balik Antara Ilmu dan Kebudayaan

Ilmu adalah dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai objek formal dan objek material.


D. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional

Istilah kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.


E. Strategi Kebudayaan

Strategi kebudayaan merupakan upaya bagaimana menangani kebudayaan khususnya di Indonesia yang beragam budaya.









BAB X

ETIKA KEILMUAN


A. Pengantar

Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia.


B. Antara, Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan

Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi dua yaitu etika deskripsi yaitu menggambarkan, dan etika normatif yaitu etika prinsif-prinsif.

Moral artinya adat atau cara hidup yang pakai dalam masyarakat.

Norma adalah alat tukang kayu atau tukang batu yang berupa segitiga. Kemudian norma adalah sebuah ukuran.

Kesusilaan adalah hasil suatu menjadi yang terjadi didalam jiwa.


C. Problema Etika Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada menusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dan kebudayaannya.


D. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai

Bebas nilai atau tidak bebas nilai yang dimaksudkan adalah tuntunan setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.


E. Pendekatan Ontologis

Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaah keilmuannya hanya pada daerah-daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.


F. Pendekatan Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan.


G. Pendekatan Akseologis

Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum


H. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Ilmuwan

Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal.
































BAB XI

STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA


A. Pengantar

Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


B. Pengertian Paradigma

Paradigma menurut Thomas S. Kuhn adalah suatu asumsi dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga menjadi suatu sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.


C. Landasan Ontologis, Epistemologis, axiologis, dan Antropologis Pancasila

Landasan ontologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis keberadaan yang diterapkan pancasila. Landasan epistemologis dimaksudkan untuk mengungkapkan sumber pengetahuan dan kebenaran tentang pancasila sebagai sistem filsafat dari ideologi. Landasan aksiologis dimaksudkan untuk mengungkapkan jenis nilai dasar yang terkandung dalam pancasila. Landasan antropologis dimaksudkan untuk mengungkapkan hakikat manusia dalam rangka pengembangan sistem filsafat pancasila.


D. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana yang dunyatakan dalam pembukaan UUD 1945.












DAFTAR PUSTAKA BUKU


Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.

. 1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.

. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.

. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.